Natuna(MR)- Keberadaan ajang Nasional O2SN tingkat provinsi, makin lama makin suram. ajang tahunan yang selama ini sukses di laksanakan kini semakin terpuruk.
Pasalnya sejak pelajar tingkat SLTA, diambil alih oleh Disdik Provinsi,, berbagai problempun mulai bermunculan.Hal itu dikarenakan tidak adanya perwakilan Disdik Kepri di Daerah sebagai jembatan penyampaian permasalahan.
Sebab Pemerintah daerah tidak berhak membatu , dikarenakan menyalahi aturan.Dilema ini juga pernah disampaikan Bupati Natuna, Bagaimana Daerah mau membantu masyarakatnya, jika tingkat SLTA, wewenang sudah diambil Kepri?.
Permasalahan itupun semakin nyata ketika, belasan atlet Natuna , akan berlaga di ajang Nasional O2SN tingkat SMA, harus gigit jari, lantaran provinsi Kepri tidak memberikan anggaran transportasi .
Alhasil belasan atlet Natuna ini, tidak bisa menyalurkan bakatnya.Tudingan kepada Disdik Kepri pun semakin kuat. Jika belum mampu mengelola seluruh SLTA tingkat Kabupaten Kota, lebih baik wewenang itu di kembalikan ke Daerah. Sebab belasan atlet yang akan berangkat ke Provinsi itu, telah menjalani test seleksi, dilaksanakan oleh Disdik Kepri. Lalu timbul pertanyaan ,buat apa seleksi diadakan jika Disdik Provinsi tidak punya anggaran?.
Kepala Sekolah SMA N 2 Bunguran Timur, Ida Susanti, saat di konfirmasi di ruang kerjanya, Sabtu 28 Juli 2018, membenarkan hal di atas. lansir dari harian metropolitan.
Ia menerangkan, ketidak pergian kontingen Natuna dalam ajang O2SN tingkat SLTA, lantaran tidak adanya biaya transportasi dari Disdik Kepri.
Semua biaya transportasi malah di bebankan pada sekolah, sementara anggarannya tidak ada. Oleh sebab itu, atas rapat Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), sejumlah sekolah sepakat tidak satupun kontingen Natuna, berangkat.
Namun Ia tidak mengerti mengapa Dinas Pendidikan Provinsi Kepri tidak menganggarkan. Iapun menyarankan, agar langsung menemui Ketua MKKS, Tomo. “Sebab beliau lebih tau,” ucap Ida.
Selain kegiatan O2SN, kegiatan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional ( FL2SN) SLTA tingkat Kabupaten dan Provinsi juga tidak mendapat perhatian pemerintah Provinsi Kepri.
Ida menyebutkan, untuk kegiatan FL2SN, kontingen Natuna tidak di kirimkan juga, lantaran biaya transportasi tidak di tanggung Disdik Kepri, malah di bebankan ke sekolah.
“Tiket dari Natuna kan mahal, manalah sanggup sekolah. Daerah kita bukan seperti Kota Batam atau Karimun, dekat dengan Tanjung Pinang,” ucap Ida. “Lain kali, kalau mau buat kegiatan seharusnya di beritahu dari dulu, tidak ada anggaranya, sehingga sekolah bisa buat proposal, jangan mendadak seperti ini, kan anak-anak Natuna kasihan, mereka dah berharap ikut setelah lebaran, ternyata tidak jadi,” ucap Ida menabahkan.
Hal senada di sampaikan Ketua MKKS Kabupaten Natuna, Tomo, saat di konfirmasi via telepon selulernya, Sabtu 28 Juli 2018.
Ia menerima pesan dari Disdik Kepri bahwa anggaran transportasi kegiatan O2SN SLTA, di tanggung pihak sekolah. Alasannya, lantaran kondisi anggaran.
Perhatian pemerintah Provinsi Kepri memang kurang maksimal. Seharusnya, Natuna mendapat perlakukan khusus, mengingat biaya transportasi dari Natuna cukup tinggi, tidak sama seperti daerah lain, yang dapat pergi menggunakan kapal Fery .
Faktor- Faktor seperti ini lah yang membuat Bupati Natuna, Abdul Hamid Rizal, ingin secepatnya, Kabupaten Natuna segera menjadi Provinsi, agar seluruh masyarakat merasakan dampak dari percepatan pembangunan.
“Suara pemuda Natuna di sumbangkan dalam Pilkada Kabupaten Natuna, tapi setelah kami duduk, tidak dapat berbuat banyak, karena kewenangan pendidikan tingkat SLTA sederajat sudah ranah provinsi,” ucap Hamid beberapa waktu lalu, di halaman Gedung Sri Srindit.
Dapat disimpulkan, Penarikan wewenang terhadap SLTA ke Disdik Kepri dinilai” Nafsu Besar Tenaga Kurang’.
Mengingat, setelah ditarik, berbagai permasalahan timbul di daerah.
Akibat UU no 23 tahun 2014 tentang pengelolaan dan kewenangan pendidikan , daerah menjadi “tumbal”.
Padahal , persoalan seperti ini tidak pernah terjadi. Diharapkan Gubernur Kepri bisa lebih bijak sana, sehingga permasalahan ini seperti ini tidak terulang lagi./Roy.
