Dinkes Tanjungpinang Tanggap Hepatitis dan HIV AIDS

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep YudianaTanjungpinang,(MR)

PENYAKIT hepatitis A yang sempat dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) di Kijang, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. KLB Terhadap penyakit hepatitis A yang baru pertama kali terjadi di wilayah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri), semoga Pemerintah jangan hanya ditanggap dalam pengobatannya saja, tetapi didalam pencegahannya juga sangat penting dan menjadi perioritas, hal itu tidak terlepas peran penting dari Dinas kesehatan Kota/Kabupaten, Khususnya dalam pencegahan dini dan edukasi kepada masyarakat.

Seperti yang diketahui, hepatitis juga ada beberapa ragam jenisnya, manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C), dan bahkan bisa juga kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). Hal inilah yang menyadarkan kita akan pentingnya hati pada manusia. Istilah “hepatitis” sendiri dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).

Dinkes Provinsi, selaku pilar kesehatan masyarakat Kepri, memang sudah seharusnya tanggap akan masalah ini, Melalui Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana, menjelaskan virus hepatitis A di Kijang memang sempat meluas, oleh karena mobilitas warga wilayah ini cukup tinggi, tapi tidak pernah terjadi penularan sedasyat wilayah itu, dan hal ini menjadi evaluasi Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Kesehatan Tanjungpinang, Kesehatan Bintan dan tentunya melibatkan Kementerian Kesehatan RI, katanya.

Virus penyebab hepatitis sangat mudah menular, dan memiliki perbedaan masa inkubasi dengan Deman Berdarah Dengue (DBD) atau malaria. Virus hepatitis masa inkubasinya 1 sampai 2 bulan, sedangkan DBD atau malaria 4 sampai 7 hari, jadi penanganan untuk hepatitis memakan waktu agak lama. Diakui Tjepjep, berdasar observasi penularan mata rantai terjadi di awali penjualan makanan yan terindefikasi pengidap virus hepatitis A.

Lebih jauh Ahli Kesehatan Masyarakat ini menjelaskan, virus hepatitis, proses penularan melalui (vices) yang ada pada cairan tubuh pengidap hepatitis, seperti keringat yang menempel di badan, melalui anus setelah buang kotoran ( BAB), penularan melalui oral/mulut adalah makan makanan yang mengandung virus hepatitis A termasuk alat makan yang digunakan, jelasnya.

Ditegaskan dia, supaya tidak meluas lagi, himbauan kepada seluruh Puskesmas yang ada di Kota dan Kabupaten, untuk terus melakukan penyuluhan terhadap masyarakat tentang bagaimana mencegahan penyakit hepatitis A. “Pencegahan dasar terhadap penularan ialah, dengan peningkatan kebersihan dan higienitas diri, selalu cuci tangan dengan sabun terutama sebelum makan, hanya konsumsi makanan yang yakin disiapkan dan diolah dengan higienis”, tambah Tjepjep.

Terkait jumlah pengidap HIV/AIDS di Provinsi Kepri yang terdeteksi setiap tahun cenderung meningkat, Tjepjep menjelaskan, dalam hal ini karena mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan dan Pemerintah, tapi tugas kita semua, termasuk para tokoh agama. Ini masalah sikap prilaku induvidunya, ia menambahkan, selain bawaan ibu hamil, hendaklah setia sama pasangan, menghindari seks bebas, menghindari penggunaan jarum suntik narkoba, paparnya.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan baru sebatas mencegah. Adapun pencegahan itu harus dimulai sejak dini, dengan melakukan berbagai sosialisasi. “Untuk mencegah HIV/AIDS, kita semua harus membentengi diri. Pelajaran yang paling mendasar adalah di dalam diri kita sendiri. Sosialisasi seperti ini hanya mediasi saja. Selebihnya diri sendirilah yang menentukan,” kata Tjepjep.

Sejumlah penyakit observasi Dinas kesehatan Provinsi telah di tanggap secara berkala, tapi peran yang sangat penting sekali adalah edukasi kepada masyarakat. Pemerintah, khususnya Provinsi Kepri tidak hanya menitik beratkan hanya kepada Dinas kesehatan, semua sektor yang berhubungan sosial masyarakat dapat berperan dalam pencegahan dini, demi terciptanya masyarakat sehat dan sejahtera. >> Dodi

Related posts