Purwakarta, MR – Acara tahlilan ke tujuh hari untuk mengenang wafatnya HJ DinI Yulyani biasanya diselenggarakan dengan penuh khidmat dan dihadiri oleh banyak warga dari berbagai daerah. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), tahlilan merupakan ritual keagamaan yang bertujuan untuk mendoakan arwah yang telah meninggal, agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Dalam acara tahlilan, biasanya dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, seperti surat Yasin, Al-Fatihah, dan doa-doa lainnya. Tahlilan ke tujuh hari sendiri memiliki makna khusus, karena menurut sebagian ulama, ruh orang yang meninggal akan mengalami fitnah kubur selama tujuh hari pertama setelah wafat.
Menghadapi acara seperti ini, masyarakat biasanya menunjukkan solidaritas dan empati mereka dengan datang ke rumah duka untuk memberikan dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan. Jumlah kehadiran yang besar, seperti 7.000 warga, menunjukkan betapa kuatnya tali silaturahmi dan kepedulian masyarakat terhadap sesama, terutama dalam momen-momen seperti ini.
Dalam perspektif agama, tahlilan juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta sebagai bentuk penghormatan kepada arwah yang telah meninggal. Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum tahlilan, banyak yang memandang bahwa ritual ini dapat menjadi amalan yang baik jika dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan syariat Islam. (Aceng)
