Program RTLH, Jangan Jadikan Objek

Lurah Sedanau : Ada Titipan Oknum Disnakertransos?

 

Natuna,(MR)
BERTELANJANG dada, memakai celana pendek, lelaki setengah abab itu, sedang membersihkan kebun milik peninggalan orang tuanya. Meski hujan rintik-rintik, Ia tidak hiraukan. Sesekali Dirinya mengelap keringat, yang sedang membasahi pipinya. Kondisi jalan menuju kediamannya, hanya dapat ditempuh dengan roda dua. Kemiskinan hiduplah, membuat Syafiri 56 tahun, tidak mampu mengeyam pendidikan. Ia hanya mampu SD saja. Keterbatasan ekonomi, membuat lelaki ujur ini tetap tegar, dalam setiap hal.
Rumah Gudek miliknya (Gubuk Derita) ukuran 2×2 tersebut, hanya ditutupi daun rumbiah. Tidak ada pintu maupun jendela, Kemiskinan jugalah, yang memisahkan Dirinya dari Istri tercinta serta sebahagian anaknya. Meski hidup di daerah kaya akan migas, namun Syafiri, tidak pernah mengeluh dan menyesali akan nasib yang menimpanya. Semuanya diserahkan kepada yang kuasa. Ia percaya, suatu saat akan ada orang yang perduli tentang nasibnya.
Kedatangan wartawan Koran ini, dengan rekannya, disambuat baik oleh Syafiri. Sambil berlari kecil Ia bergegas masuk ke Gubuk miliknya, lalu  mengambil sehelai kaus, usang untuk dipakai. Saat dikonfirmasi, Syafiri terlihat seyum sinis. Ia mengatakan, apa lah daya, kami ini hanya orang miskin, mana ada orang yang mau lihat kita. Terkait dengan program RTLH, Syafiri mengatakan, sudah pernah ada yang datang untuk mendata, bahkan sampai saya disuruh menebang satu pohon, cengkeh disebelah pondok. Namun sampai sekarang tidak ada kejelasan. Selain itu, Dia juga pernah didatangi terkait bantuan listrik tenaga Surya, tetapi sampai sekarang tidak pernah sampai, alasannya rumah kita tidak layak, paparnya. Maklumlah yang datang untuk surfei hanya staff honor saja, kalau Camat sama Bu Lurah, belum pernah melihat kondisi warganya. Maklumlah kita ini orang miskin, ulangnya lagi.
Sejenak Ia menerawang keatas, sejak kecil kami sudah tinggal di desa peyong, tanah ini milik almarhum orang tua, Saya sudah menikah dan dikaruniai 6 orang anak. Tetapi gara-gara hidup miskin, Istri pergi meninggalkan saya, dan membawa 5 orang anak kami. Jadi satu orang ada disini. Kalau dipikirkan memang sangat sedih bahkan  bisa jadi penyakit. Tapi apa nak dikata, memang sudah takdir harus hidup miskin di daerah penghasil migas. Ketua RT peyong sudah dua kali mengajak saya pindah ketepi laut, namun karena saya seorang petani, kami tidak mau, lagi pula tidak ada yang urus kebun milik orang tua.
Untuk makan sehari-hari, ya hasil dari kebun, kalau tidak ada apa nak dikata. Beras raskin hanya 15-20 kg/tiga bulan, memang tidak bayar papar nya. Diusia senja, Ia kawatir anak yang ikut dengannya, tidak mampu ia sekolahkan hingga perguruan tinggi. Karena Ia juga tidak ingin nasib anaknya sama sepertinya, harapanya kiranya Pemerintah membuka mata hatinya, agar melihat rakyat miskin di Natuna masih banyak yang melarat.
Hal yang sama juga dialami keluarga Ajim Said. Penduduk RT 03/RW, V rumahnya juga sangat memprihatinkan. Namun nasibnya masih lebih baik dari bapak Syafari. Meski rumahnya sudah rewot, namun keluarga masih utuh, dan rumah masih bisa ditempati. Ia juga berharap agar pemerintah buka mata melihat kondisi riil dilapangan, berikanlah dana RTLH, kepada orang-orang yang lebih membutuhkan, bukan karena kedekatan atau kekeluargaan.
Lurah Sedanau, Nur Hatibah SE, saat dikonfirmasi terkait prosedur pemberian RTLH di kelurahan sedanau, menuding oknum Disnakertransos melakukan penitipan. Untuk tahun 2011, jumlah penerima RTLH di kecamatan Sedanau, sebanyak 16 KK. Dari jumlah itu 8 KK kita data, dan 8 lagi titipan dari oknum Disnakertransos. “8 kita yang data, 8 lagi titipan jawabnya didepan sejumlah wartawan,”.
Nur Hatibah juga mengatakan, di sedanau, banyak rumah warga, lebih parah dari rumah syafari, Bapak kalau lihat didalam sana, saran Bu Lurah. Namun ketika wartawan menunjukkan photo rumah milik Syafiri, bu Lurah mengatakan kalau rumah itu sudah masuk data base. “Insya Allah tahun ini pak syafari sudah masuk data base,”. Ada sekitar 76 KK yang sudah kita usulkan, kendalanya sampai sekarang, pihaknya belum bisa memastikan berapa data bese dari Kabupaten untuk kelurahan Sedanau.
Wakil Bupati Natuna Imalko, saat dimintai komentarnya terkait tudingan Lurah Sedanau soal titipan RTLH dari Kabupaten, Ia menyatakan, kemungkinan ada mis komunikasi aja. Kita tidak boleh saling menyalahkan satu sama lain, tapi mari kita dudukkan bersama. Saya tidak bela siapa-siapa, Usulan itukan datang dari Desa terus kekelurahan dan kecamatan baru ke Kabupaten, kok bisa ada titipan, ungkap Imalko. Mari kita luruskan jangan saling menyalahkan. Inilah tujuan kungker. Keluhan seperti ini harus kita tanggapi dan cari solusinya tutupnya.
Natuna memang daerah kaya akan migas dan alam lainnya, tetapi masyarakatnya banyak kaya kemiskinan. Diharapkan di era kepemimpinan Ilyas Imalko, Pemerataan Pembangunan dan ekonomi kerakyatan, mampu menjangkau masyarakat miskin. >> Roy

Loading

Related posts